Gairah Sex Tante Rumah Tangga - Ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga, yang
entah bagaimana ceritanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui nomor
cellulerku.
Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi.
“Hallo, selamat siang Dandy” suara perempuan yang manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Maya” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.
“Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.
“Ooo, Mbak Via” kataku datar.
Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya yang berjudul Kisah bersama
Ibu Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’ kehidupan sex
aku.
“Gimana khabar Mbak Via?” tanyaku.
“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Maya.
Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah
kenal lama. Suara Maya yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka
bagaimana bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk
fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.
“Hallo.. Dandy, kamu masih disitu?” tanya Maya.
“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.
“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Maya tuh” celetukku.
“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.
“Dandy, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Maya.
“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.
“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Dandy ngikut aja” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa” katanya.
“Oke, sampai nanti Dandy.. Aku tunggu jan 18.00″ sambil berkata demikian, HP nya langsung off.
Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan
segera meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor,
aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk
perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku
sering olahraga setelah jam kantor.
Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai
3. Jam ditanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera
menuju ke excellso seperti yang dikatakan Maya.
Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku
bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya
ini. Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti
pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan
aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas. Wajahnya yang lumayan
putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha
menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku. Kakinya yang
jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok
mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya
aku jika orang tersebut adalah Maya yang menghubungi aku siang tadi.
Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu
berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika
dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.
“Maaf, kamu Dandy ya?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy.. iyaa.. Kamu Maya?” tanyaku balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku
terasa mendesir ketika tangannya yang halus meremas tanganku dengan
halus.
“Silahkan duduk May” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.
“Terima kasih” kata Maya sambil tersenyum.
“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Dandy” jelasnya.
“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.
Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan,
kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali
bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah
sempurna saja wajahnya yang semakin matang.
Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Maya adalah seorang
wanita yang sedang tugas di Surabaya. Maya adalah seorang pengusaha dan
kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.
“May, kamu kenal Via dimana?” tanyaku mnyelidik.
“Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via sering online
bersama.
Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga
untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil
Maya menjelaskan dengan penuh semangat.
“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3
hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.
“Memang Mbak Maya nginap dimana?” tanyaku.
“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E..” jelasnya.
“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Dandy.. Makanya saat itu aku tanya Via” kata Maya.
“Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Maya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu” lanjutnya.
Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat
sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.
“Dan.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Maya.
“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Maya sendirian balik ke hotel” kataku.
Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera
meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan
Plasa.
Aku dan Maya bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan
sesampainya di kamar nomor 306, Maya menawarkan aku untuk masuk sejenak.
Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika
aku berjalan di belakangnya.
“Silahkan duduk Dan, aku mau mandi dulu” kata Maya sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.
Mataku menyelidik, apakah benar Maya sendirian dalam kamar. Dan
memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang
masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas
ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Maya,
tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai
handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.
“Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa
dibuang” kata Maya sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.
Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi.
Ketika aku melewati tubuh Maya,
mataku yang nakal sedikit mencuri
pandang di belahan dada Maya yang terkesan menyembul keluar karena
terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning
merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh
Maya.
Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup
yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran
kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara air
langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.
“Oke May.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku
sambil masih membelakangi tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku.
Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan
di depan mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang
melekat di tubuhnya tadi.
“Ma-Maaff.. Aku mau keluar May” kataku gugup.
Maya tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu
langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.
“Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau
mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.
“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu berlebihan” kataku.
“Berikan aku kenikmatan itu Dan..” sambil berkata demikian, bibir
mungil Maya langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa
menggeliat mencari lidahku.
Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut
keliaran lidah Maya. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku
beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku
merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang. Sesekali
tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Maya, pantatnya yang
masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas
pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Maya semakin naik.
Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai
merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk
bibirku yang mulai menari-nari di atasnya.
“Ooohh.. Dandy.. Geelli..” desah Maya.
Serangan bibirku semakin menjadi di leher Maya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku.
Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga
bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih
ketat dan kencang. Aku semakin terbawa dalam aliran birahi yang
meledak-ledak, bibir Maya yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri
mulai ganas melahap bibriku.
Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan.
Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah
leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan
lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan
sedikitpun dada bidangku.
Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika
lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku,
yang bisa menggugah nafsu birahiku secara sepontan.
“Ohh.. May.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.
Maya benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa
aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Maya
sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku
hanya menganakan celana dalam saja.
Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya
memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku
benar-benar terangsang hebat.
Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku
dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari belakang.
“Gila.. Pantes Via puas, habis penismu gede seperti ini” kata Maya memuji.
Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD
yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat
Maya yang sedang tertegun dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak
sekali dan sesaat kemudian.
“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Maya yang mungil mulai mengulum batang penisku.
“Aakhh.. May.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.
Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Maya, utnuk memudahkan
bergerak maju mundur dan ketika penisku benar-benar terlean dalam mulut
Maya, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung penisku
menthok pada dasar mulut Maya.
“Sss.. Maayy.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.
Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu
denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang
kemaluanku.
Sampai aku tidak kuat berdiri.
Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya bangkit dari posisi pertama
yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak
aku sia-siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Maya terduduk di
kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih.
Lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut-rambut yang
begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku
berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan
ke permukaan bibir vagina.
Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.
“Sss.. Dandyy.. Nikmaat sekali.. Ughh” rintih Maya.
Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku
di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Maya yang terkadang berputa-putar dan
naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke
lubang vaginanya.
“Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Maya.
“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.
Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang vaginanya, sesekali aku
memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.
Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk
menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku
perhatikan Maya merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku
perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa
nikmat yang bergejolak di hatinya.
“OOhh.. Dandy, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.
Semakin Maya merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat
nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin,
dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.
“Danddy.. Danddyy.. Ooogghh..” Maya merintih panjang.
Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya
menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas
rambutkuyang sedikti gondrong.
Maya terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari
lubang vaginanya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang
wangi tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat
Maya pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah
bersih, aku membimbing tubuh Maya yang masih lemas. Aku mendekap tubuh
Maya dari belakang, kami berdua menghadap cermin.
“Ohh.. Dandy..” Maya mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian
belakang telinganya. Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan
meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus,
pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang
dari tadi masih tegang. Jari telunjuk kananku bergerak menggesek
clitoris Maya yang sduah mulai basah kemabli.
“Danddyy..” Maya kembali mendesah.
Peralahan aku mengangkat kaki kanan Maya dan aku sandarkan di
wastafel kamar mandi. Sehingga Maya hanya berdiri dengan satu kaki saja,
batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Maya dan sekali
hentak.
“Bleesst..” kepala penisku mengoyak vagina Maya.
“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali Dan.. Punya kamu” Maya merintih.
Perlahan aku beregark maju mundur di lubang vagina Maya, sampai
akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang vagina Maya. Sekali
tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Maya
dan bersama dengan itu, tubuh Maya sedikit terangkat.
“Hekk.. Danndyy.. Nikmatt sekalii.. Oooh” Maya merintih kembali.
Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Maya menggelinjang hebat
dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang
luar biasa di batang kemaluanku.
“Danddy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Maya.
Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati
tusukan batang kemaluanku semakin
menjadi. Aku merasakan sekali ujung
penisku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama
dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua
tanganku meremas kedua bukit kembar Maya dan sesekali membantu pinggul
Maya utnuk berputar-putar.
“Danddy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Maya bersandar di
cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri
kanan seperti orang yang lagi triping.
Beberapa saat kemudian Maya seperti orang kesurupan dan ingin memcau
birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya,
disaat Maya semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku
kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang
kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding vagina Maya.
“Danddy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Maya meminta.
Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Maya untuk mencapai
kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Maya benar-benar tidak bisa
mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.
“Danddyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Maya.
Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Maya semakin tak terkendali.
“Dann.. Ddy.. Aaammppunn” rintih Maya panjang.
Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam
hingga mentok dilangit-langit vagina Maya. Aku merasakan semburan cairan
membasahi seluruh batang kemaluanku.
“Creek.. Crek.. Crek..” suara penisku masih bergerak keluar masuk di
lubang vagina Maya. Aku semakin tidak peduli dengan Maya yang sudah
mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk
mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Maya yang
pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.
Posisi Maya, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri.
Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan
kembali ke lubang vagina Maya.
“Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Maya sambil merintih.
Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Maya dan menekan tubuhnya
supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.
“May.. vagina kamu memang asyik banget” pujiku.
“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.
Maya hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan
penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh
vagina Maya dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Permainan sexku benar-benar bisa diterima Maya karena ternyata wanita
tersebut bisa mengimbangi permainan aku.
Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.
“May.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.
“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Maya merintih.
“Dandyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Maya.
“Iya May.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.
Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Maya semakin kencang, semakin
cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak
bersama-sama.
“Danddy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Maya.
“Aku juga May.. Oohh.. Maayy” aku merintih.
“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri vagina Maya.
Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai
keluar dicelah vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya
membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.
“Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Maya merintih.
“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.
“Kamu luar biasa..” Maya tidak meneruskan kata-katanya karena
bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.
Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi
bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Maya yang molek
seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh
ruangan tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari
perlengkapan bag shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh
tubuh Maya, sesekali jariku yang nakal memilin punting Maya.
“Ughh.. Danddy..” Maya merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah.
Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan
entah sudah berapa kali Maya seorang wanita yang sedang butuh kehangatan
mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua
memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.
Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku
harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. THE END
Bagikan Cerita Dewasa ini Sayang :*
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita
Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita
Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Wednesday, April 13, 2016
Friday, April 8, 2016
Keperjakaanku Hilang Sudah Gara-Gara Cewek SMU
Keperjakaanku Hilang Sudah Gara-Gara Cewek SMU - Namaku adalah Andi (bukan nama yang
sebenarnya), dan aku kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung.
Aku berasal dari luar daerah dan aku tinggal di kost. Aku pun termasuk
orang yang berada, serta sangat menjalankan keagamaan yang kuat. Apalagi
untuk mencoba narkoba atau segala macam, tidak deh.
Dengan rakusnya kembali kulumat dada Ria
yang tampak kembali mengeras, perlahan-lahan ciumanku pun turun ke
bawah ke perut Ria dan aku melihat celana hitam Ria yang belum terbuka
dan dia hanya telanjang dada.
“Begini aja ya..?” ujarku dengan nada polos.
Bagikan Cerita Dewasa ini Sayang :*
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Kejadian ini bermula pada waktu
kira-kira 4 bulan yang lalu. Tepatnya hari itu hari Selasa kira-kira jam
14:12, aku sendiri bingung hari itu beda sekali, karena hari itu
terlihat mendung tapi tidak hujan-hujan. Teman satu kostan-ku mengatakan
kepadaku bahwa nanti temanya anak SMU akan datang ke kost ini,
kebetulan temanku itu anak sekolahan juga dan hanya dia yang anak SMU di
kost tersebut.
Setelah lama menunggu akhirnya orang yang ditunggu datang juga, kemudian temanku langsung mengajaknya ke tempat kamarku yang berada di
lantai atas. Akhirnya aku dikenali sama perempuan tersebut, sebut saja
namanya Ria. Lama-lama kami ngobrol akhirnya baru aku sadari bahwa hari
menjelang sore. Kami bertiga bersama dengan temanku nonton TV yang ada
di kamarku.
Lama-lama kemudian temanku pamitan mau
pergi ke tempat temannya, katanya sih ada tugas. Akhirnya singkat cerita
kami berdua di tinggal berdua dengan Ria. Ria hanya menatapku tanpa
berkedip, akhirnya dia memberanikan diri untuk menggelitikku dan aku
tidak tahu darimana dia mengetahui kelemahanku yang sangat vital itu
kontan saja aku langsung kaget dan balik membalas serangan Ria yang
terus menerus menggelitikiku.
Lama kami bercanda-canda dan sambil
tertawa, dan kemudian diam sejenak seperti ada yang lewat kami saling
berpandang, kemudian tanpa kusadari Ria mencium bibirku dan aku hanya
diam kaget bercampur bingung. Akhirnya dilepaskannya lagi ciumannya yang
ada di bibirku, aku pun heran kenapa sih nih anak? pikirku dalam
hati.
Ria pun kembali tidur-tiduran di kasur
dan sambil menatapku dengan mata yang uih.. entah aku tidak tahu mata
itu seolah-olah ingin menerkamku. Akhirnya dia melumat kembali bibirku
dan kali ini kubalas lumatan bibirnya dengan hisapan-hisapan kecil di
bibir bawah dan atasnya. Lama kami berciuman dan terus tanpa kusadari
pintu kamar belum tertutup, Ria pun memintaku agar menutup pintu
kamarku, entah angin apa aku hanya nurut saja tanpa banyak protes untuk
membantah kata-katanya.
etelah aku menutup pintu kamar kost-ku
Ria langsung memelukku dari belakang dan mencumbuku habis-habisan.
Kemudian kurebahkan Ria di kasur dan kami saling berciuman mesra, aku
memberanikan diri untuk menyentuh buah dadanya Ria yang kira-kira
berukuran berapa ya..? 34 kali, aku tidak tahu jelas tapi sepertinya
begitu deh, karena baru kali ini aku menuruni BH cewek. Dia mengenakan
tengtop dan memakai sweater kecil berwarna hitam. Aku menurunkan
tanktop-nya tanpa membuka kutangnya.
Kulihat buah dada tersebut.. uih
sepertinya empuk benar, biasanya aku paling-paling lihat di BF dan
sekarang itu benar-benar terjadi di depan mataku saat ini. Tanpa pikir
panjang, kusedot saja buah dada Ria yang kanan dan yang kirinya aku
pelintir-pelintir seperti mencari gelombang radio.
Ria hanya mendesah, “Aaahh.. aahh.. uuhh..”
Aku tidak menghiraukan gelagat Ria yang
sepertinya benar-benar sedang bernafsu tinggi. Kemudian aku pun kepingin
membuka tali BH tanktop-nya. Kusuruh Ria untuk jongkok dan kemudian
baru aku melihat ke belakang Ria, untuk mencari resliting kutangnya.
Akhirnya ketemu juga dan gundukan payudara tersebut lebih mencuat lagi
karena Ria yang baru duduk di bangku SMU kelas 2 dengan paras yang
aduhai sehingga pergumulan ini bisa terjadi.
Aku memberanikan diri untuk menurunkan celana panjang Ria, dan Ria pun membantu dengan mengangkat kedua pinggulnya.
Ria pun tertawa dan berkata, “Hayo tidak
bisa dibuka, soalnya Ria mempunyai celana pendek yang berwarna hitam
satu lagi..” ejek Ria sambil tersenyum girang.
Aku pun dengan cueknya menurunkanya
kembali celana tersebut, dan kali ini barulah kelihatan celana dalam
yang berwarna cream dan dipinggir-pinggirnya seperti ada motif
bunga-bunga, aku pun menurunkanya kembali celana dalam milik Ria dan
tampaklah kali ini Ria dalam keadaan bugil tanpa mengenakan apapun.
Barulah aku melihat pemandangan yang
benar-benar terjadi karena selama ini aku hanya berani berilusi dan
nonton tidak pernah berbuat yang sebenarnya. Aku pandangi dengan seksama
kemaluan Ria dengan seksama yang sudah ditumbuhi bebuluan yang
kira-kira panjangnya hanya 2 cm tapi sedikit, ingin rasanya mencium dan
mengetahui aroma kemaluan Ria. Aku pun mencoba mencium perut Ria dan
pusarnya perlahan tapi pasti, ketika hampir mengenai sasaran
kemaluannya.
Ria pun menghindari dan mengatakan, “Jangan dicium tempenya akh.. gelii..”
Ria mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.
Ria mengatakan sambil menutup rapat kedua selangkangannya.
Yah, mau bagaimana lagi, langsung saja
kutindih Ria, kucium-cium sambil tangan kiriku memegang kemaluan Ria dan
berusaha memasukkanya ke dalam selangkangan Ria. Eh, Ria berontak
“iihh.. ge.. li..” ujar Ria.
Tahu-tahu Ria mendorong badanku dan
terbaliklah keadaan sekarang, aku yang tadinya berada di atas kini
berubah dan berganti aku yang berada di bawah, kuat sekali dorongan
perempuan yang berbobot kira-kira 45 kg dengan tinggi 160 cm ini,
pikirku dalam hati.
“Eh.. buka dong bajunya! masak sih Ria
doang yang bugil Andinya tidak..?” ujar Ria sambil mencopotkan baju kaos
yang kukenakan dan aku lagi-lagi hanya diam dan menuruti apa yang Ria
inginkan.
Setelah membuka baju kaosku, tangan
kanan Ria masuk ke dalam celana pendekku dan bibirnya sambil melumat
bibirku. Gila pikirku dalam hati, nih cewek kayaknya sdah berpengalaman
dan dia lebih berpengalaman dariku. Perlahan-lahan Ria mulai menurunkan
celana pendekku dan muncullah kemaluanku.
Tanpa basa-basi Ria memegangnya dan
membimbingnya untuk masuk ke dalam liang senggama miliknya Ria, langsung
saja kutepis dan tidak jadi barang tersebut masuk ke lubang kemaluan
Ria.
“Eh, jangan dong kalau buat yang satu
ini, soalnya gue belum pernah ngelakuinnya..” ujarku polos. “Ngapain
kita udah bugil gini kalau kita tidak ngapa-ngapain, mendingan tadi kita
tidak usah buka pakaian segala,” ujar Ria dengan nada tinggi.
Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Ria tanpa memasukkanya.
Akhirnya aku diam dan aku hanya menempelkan kemaluanku di permukaan kemaluan Ria tanpa memasukkanya.
“Begini aja ya..?” ujarku dengan nada polos.
Ria hanya mengangguk dan begitu
terasanya kemaluanku bergesek di bibir kemaluan Ria tanpa dimasukkan ke
dalam lubang vaginanya milik Ria, aku hanya memegang kedua buah pantat
Ria yang montok dan secara sembunyi-sembunyi aku menyentuh bibir
kemaluan Ria. Lama kami hanya bergesekan dan tanpa kusadari akhirnya
kemaluanku masuk di dalam kemaluan Ria dan Ria terus-terusan menggoyang
pantatnya naik-turun.
Aku kaget dan bercampur dengan ketakutan
yang luar bisa, karena keperawanan dalam hal ML yang aku jaga selama
ini akhirnya hilang gara-gara anak SMU. Padahal sebelum-sebelumnya sudah
ada yang mau menawari juga dan dia masih perawan lebih cantik lagi aku
tolak dan sekarang hanya dengan anak SMU perjakaku hilang. Lama aku
berpikir dan sedangkan Ria hanya naik-turun menggoyangkan pentatnya
semenjak aku melamun tadi, mungkin dia tersenyum puas melihat apa yang
baru dia lakukan terhadapku.
Yah, kepalang tanggung sudah masuk, lagi
nasi sudah jadi bubur akhirnya kugenjot juga pantatku naik-turun secara
berlawanan dengan yang dilakukan Ria, dan bunyilah suara yang
memecahkan keheningan,
“Cplok.. cplok.. cplok..”
“Cplok.. cplok.. cplok..”
Ria mendesah kenikmatan karena kocokanku
yang kuat dilubang vaginanya. Lama kami berada di posisi tersebut,
yaitu aku di bawah dan dia di atas.akhirnya aku mencoba mendesak Ria
agar dia mau mengganti posisi, tapi dorongan tangannya yang kuat
membatalkan niatku, tapi masa sih aku kalah sama cewek, pikirku.
Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan
akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh
tanpa dilepas. Ria tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan
memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak
perawan.
Akhirnya kudorong lagi Ria agar dia
tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar
membelah selangkangan kemaluan Ria, makanya aku sambil memegang batang
kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Ria dan “Bless..” amblaslah
semuanya. Kutekan dengan semangat “45” tentunya karena nasi sudah
hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku.
Kudorong ia dengan sekuat tenagaku dan
akhirnya kami berada di posisi duduk dan kemaluanku tetap berdiri kokoh
tanpa dilepas. Ria tanpa diperintah menggerakkan sendiri pantatnya, dan
memang enak yah gituan, pikirku dalam hati. Tapi sayang tidak
perawan.
Akhirnya kudorong lagi Ria agar dia
tiduran telentang dan aku ingin sekali melihat kemaluanku yang besar
membelah selangkangan kemaluan Ria, makanya aku sambil memegang batang
kemaluanku menempelkannya di lubang kemaluan Ria dan “Bless..” amblaslah
semuanya. Kutekan dengan semangat “45” tentunya karena nasi sudah
hancur. Kepalang tanggung biarlah kuterima dosa ini, pikirku.
Dengan ganasnya dan cepat kuhentakkan
kemaluanku keras-keras di lubang kemaluan Ria dan kembali bunyi itu
menerawang di ruangan tersebut karena ternyata lubang kemaluan Ria telah
banjir dengan air pelumasnya disana, aku tidak tahu pasti apakah itu
spermanya Ria, apakah hanya pelumasnya saja? dan Ria berkata.
“Loe.. udah keluar ya..?” ujarnya.
“Sembarangan gue belom keluar dari tadi..?” ujarku dengan nada ketus.
Karena kupikir dia mengejekku karena
mentang-mentang aku baru pertama kali beginian seenaknya saja dia
menyangka aku keluar duluan. Akhirnya lama aku mencumbui Ria dan aku
ingin segera mencapai puncaknya.
Dengan cepat kukeluarkan kemaluanku dari
lubang kemaluannya dan kukeluarkan spermaku yang ada diperutnya Ria,
karena aku takut kalau aku keluarkan di dalam vaginanya aku pikir dia
akan hamil, kan berabe. Aku baru sekali gituan sama orang yang yang
tidak perawan malah disuruh tanggung jawab lagi. Gimana kuliahku!
Ria tersenyum dengan puas atas
kemenangannya menggodaku untuk berbuat tidak senonoh terhadapnya. Huu,
dasar nasib, dan semenjak saat itu aku sudah mulai menghilangkan
kebiasaan burukku yaitu onani, dan aku tidak mau lagi mengulang
perbuatan tersebut karena sebenarnya aku hanya mau menyerahkannya untuk
istriku seorang.
Aku baru berusia 21 tahun saat ini. THE ENDBagikan Cerita Dewasa ini Sayang :*
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Thursday, April 7, 2016
ML Pertama Kali Dengan Pacar
ML Pertama Kali Dengan Pacar - Pagi itu aku tidak ada kuliah sehingga hari ini aku punya acara bebas
dari pagi sampai malam. Jam 7 pagi aku udah mulai mandi pagi, sambil
mikirin rencana hari ini. Sehabis ganti baju dan sarapan, aku ninggalin
tempat kos-ku dan bawa motorku ke rumah pacarku, Yati.
Sekitar jam 8 pagi aku udah nyampe di rumahnya, kebetulan hari ini dia juga lagi libur. Kutunggu agak lama setelah memencet bel rumahnya, Yati membukakan pintu depan rumahnya, “lho kok sepi, pada kemana ? tanyaku sambil masuk ke rumahnya, “oh Mama lagi ke Pasar Baru, si adik sudah berangkat pagi ke sekolah, ada PR” katanya.
“Duduk dulu ya, aku mau pake baju dulu nih, soalnya habis mandi buru-buru ada bel bunyi dan aku yakin pasti kamu yang datang, jadinya cuman sempet pake handuk sama kaos aja”.
“Pasti belum pake baju dalam ya ? tebakku sambil senyum. “Ih dasar cowok, pikirannya yang ngeres-ngeres aja, ” tapi suka kan …hi hi hi.
Sambil berjalan ke kamarnya, aku lihat pinggul dan pantat pacarku ini benar-benar aduhai, betisnya putih apalagi pahanya pasti lebih ok dan yang paling memabukkan adalah buah dadanya yang ranum dan montok, kaos ketatnya membungkus payudara indah tanpa bh itu dengan sempurna, memperlhatkan lekukan dada wanita yang sempurna.
Kebayang waktu kenalan dulu, wih tangannya putih sekali dan mulusnya ampun, banyak cowok yang suka sama dia, tapi namanya cinta nggak bisa diboongin.
“Sorry ya agak lama, nih kopi kesukaanmu mas “, aku agak kaget juga.
“Eh, makasih ya?!” kataku sambil kaget dan agak konak lihat pakaiannya, Yati cuma make celana pendek tipis batik yogya dan kaos tipis ketat coklat muda tanpa lengan dengan belahan kaos rendah yang memperlihatkan belahan dadanya yang putih dan montok.
“Aku minum ya, wah masih panas sekali’ kataku sambil megangin mulutku yang kepanasan, Yati ketawa ” makanya kira-kira ya kalau mau minum tiup dulu donk, mas”. “Wah lihat nih, lidahku sampai merah gini, mesti diobatin nih kalau nggak bisa dioperasi”, kataku.
“Aduh kacian, sini ibu guru lihat dulu” kata Yati sambil duduk disampingku dan memegang mulutku, aku diam dan memperlihatan lidahku yang kepanasan, sementara kuhirup wangi tubuhnya yang habis mandi, hmm.
Kudekatkan dudukku pada tubuh Yati, sambil tangannya melihat-lihat lidahku, tanganku memeluk pinggulnya dari samping sambil kulirik belahan dadanya yang putih, montok menantang dan menggairahkan itu.
Sambil kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuh dan payudaranya yang montok membuat kontolku bangkit dan mulai membesar dengan cepat, hingga menyesakkan celana yang kupakai, “idih, kok sampai merah gini” kata Yati, tiba-tiba mulutku dilumat olehnya dan tanpa menunggu lagi sambil tetap kupeluk tubuhnya akaupun gantian memgulum, melumat dan mencium bibir seksinya dengan penuh gairah, satu hal yang kusuka dari pacarku, meskipun dia orangnya pendiam kalau urusan lumat melumat dia jadi sangat ahli sekali, dan lumatan bibir seksinya sungguh sangat menggairahkan.
Tiba-tiba Yati mengangkat pantatnya dan duduk diatas pangkuanku, bongkahan pantatnya terasa sangat hangat kenyal dan menekan kontolku yang sudah mengeras, “Ih adikku sudah berdiri, katanya sambil menggoyangkan pantatnya diatas kontolku”.
Kulihat matanya sudah mulai nanar dan sedikit berair, pandangannya mulai agak sayu, kemudian aku mulai beralih menciumi leher putihnya dan sedikit jilatan dibelakang telinga,kelihatannya salah satu titik rangsangnya ini sangat menggairahkan nafsu seks-nya, lebih kebawah lagi, kuraba dari luar bongkahan payudaranya sudah sangat mengeras dan lebih membesar dari biasanya, pelan kuangkat kaosnya dan sepasang penutup BH-nya, payudara yang putih dan montok itupun menyembul dari dalam BH hitam yang dipakainya, sangat kontras sekali dengan dadanya yang sangat putih dan montok itu.
Kuciumi dengan rakus payudara montok itu dan kujilati dengan lidahku, sampai akhirnya ke titik pusat dadanya, putting susunya yang sudah tegak seperti penghapus pensil di ujung, kujilati putting susunya dan ternyata titik inipun sangat mempengaruhi gairahnya, terlihat kedua tangannya dilepas dari pelukannya dan tangannya memegang dan menarik rambut panjangnya kebelakang sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan.
Tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat sekali dan memeluktubuhku erat sekali sambil digoyang-goyangkan pantatnya diatas kontolku tegakku dan akupun terasa dikeliilingi daging nikmat, dari sepasang dadanya yang montok dan ranum serta dibawah bongkahan pantatnya yang nggak kalah montok dan padat.
Sejenak dia terdiam sambil tetap memelukku dan dia menggelendot manja diatas pangkuanku,
“Mas, kita kemarku yuk, takut di ruang tamu ada yang masuk, lagian disana kan lebih leluasa,
tapi aku minta digendong ya ..? pintanya manja.
Sambil tangannya memelukku, akupun menggendong tubuhnya yang ramping dan montok itu ke kamarnya yang lumayan jauh dari ruang tamu. Setelah menaruh Yati diatas kasur, kuhampiri tape disamping tempat tidurnya dan kusetel lagu Forever In Love-nya Kenny G yang sampai saat ini menjadi lagu kenangan kami berdua.
Dalam ketegangan kontolku dan nafsu yang sudah naik, kuhampiri Yati, Kucium lembut bibirnya dan seluruh wajahnya mulai dari keningnya, jidat, matanya yang terpejam, hidung dan akhirnya kukecup dan akhirnya kulumat bibir seksinya, tanganku tak tinggal diam mulai dari kaos dan BHnya kubuka perlahan dan celana dalam hitam kecilnya yang menutupi lembah dan jembut halusnya, sambil terpejam Tangan Yati meraih kancing dan resluting celanaku dan didapatinya kontolku yang sudah tegak berdiri, kubantu melepas baju yang kukenakan sehingga kita berdua telanjang bulat dan hanya celana dalam Yati yang masih dipakainya.
Tiba-tiba tubuhku didorongnya, “berdiri dulu sayang, katanya, akupun turun dari tempat tidur dan Yati pun duduk ditepi tempat tidur dan sambil membelai kontolku yang sudah sangat tegang.
“Aku belum pernah lihat titit lelaki dewasa, tetapi punyamu besar sekali mas, sampai-sampai tanganku rasanya mantap sekali memegangnya, boleh aku belai sayang?”.
“Tentu, belai ciumi dan manjakan kontolku besar ini sayang.”, kataku.
Kontolku sebenarnya nggak terlalu besar ya kira-kira pernah kuukur pakai penggaris panjangnya 15 cm dan bonggolnya sebesar pepsodent ukuran jumbo, yah perfectable size-lah menurut ukuran pacarku.
Sejak pertama kali mengenal oral sex hingga hari ini, Yati menunjukkan antusias yang sangat tinggi dengan kontolku, matanya sempat terbelalak saat pertama melihat dan memegang kontolku yang sudah ereksi. Apalagi saat pertama kali melakukan “karaoke”, istilahku jika ingin di-oral-sex sama pacarku, cara memperlakukan kontolku benar-benar istimewa, saat kutanya emangnya sudah pernah karaoke ya, pacarku marah besar, bagaimana mungkin jawabnya, ciuman bibir aja baru dengan kamu , dan akupun teringat first kiss buatku dan buat dia benarbenar berkesan, habis sama-sama baru sekali itu sih.
Sambil duduk dipingggir kasur kubuka pahaku sehingga kontolku yang sudah ereksi terlihat menantang seperti tugu monas, Yati jongkok dibawah sambil membelai perlahan kontolku, jari jemarinya menari-nari sepanjang kontolku mengikuti urat-uratnya yang menonjol sambil sesekali meremas dengan gemas, kulihat payudara Yati sangat menantang dan sesekali kuremas juga susunya.
Dari pangkal kontolku, dekat anus, tiba-tiba Yati menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat bonggol kontolku, jilatan itu kemudian berpindah keatas mengikuti batang kontolku, hingga akhirnya kepala kontolku dijilat dan disedot perlahan-lahan. Kurasakan aliran darah mengalir keras disepanjang urat kontolku, dan ketegangannya mungkin sudah mencapai 100%, kepalanya membesar seperti helm tentara, warnanya kemerah-merahan dan berdenyut-denyut nikmat sekali.
Sampai akhirnya batang kontolku mulai dilumat dan dimasukkan ke dalam mulutnya, perlahanlahan hingga kurasakan menyentuh ujung tenggorokannya, sementara masih tersisa sekitar 5 cm. “Masukkan semuanya dong, pintaku, “Gimana mau masuk lagi, kontolmu terlalu panjang buat mulutku, katanya sambil melepaskan kulumannya.
Akhirnya keluar masuk kontolku dimulutnya, wah rasanya nikmat sekali, mungkin seperti ini rasanya bersenggama, pikirku, kami memang selama ini belum pernah melakukan persetubuhan hingga memasukkan kontolku ke dalam vaginanya, yah hanya sekedar berbugil sambil menjilat dan mengulum alat kelamin dan orgasme tanpa melakukan senggama.
Suasana pagi yang sejuk, karena jendela kamar yang terbuka ditambah alunan instrumen Kenny.G membuat kami sama-sama terbuai dan lupa dengan segala sesuatunya. Sambil kujamah payudaranya, Yati kutarik dan kurebahkan di atas tempat tidur, wajahnya benarbenar merangsang, matanya berbinar, bibirnya memerah dan payudara sangat kencang dan memadat dengan putting susu yang mengeras. Seperti diawal aku mulai menciumi wajah dan bibirnya kemudian aku turun kebawah, kuciumi dan kujilati mulai dari jari-jemarinya yang putih mulus hingga ke betis indahnya, sambil kubelai dan kusentuh paha mulusnya, tanpa terasa aku menyentuh CD hitamnya dan perlahan kuturunkan dan kulepaskan, Yati diam dan hanya mendesah-desah menahan kenikmatan itu.
Sampai di pahanya kubelai dan kuciumi paha mulusnya seinchi demi seinchi kelihatan sekali dia begitu terangsang, sebelum sampai ke pangkal pahanya, aku naik dan mulai menjilati dadanya. Payudara yang putih dan mulus itu kuremas sambil mulai kujilati melingkar hingga sampai ke putingnya kujilati dan kusedot penuh nafsu, Kulihat pinggul dan pantat Yati bergerak dan menggelinjang tak karuan menahan kenikmatan jilatan, sedotan dan remasanku.
Kujilati kebawah lagi dan sampai ke perut Yati yang sangat mulus dan akhirnya hingga ke bukit indah yang ditumbuhi rumput hitam yang halus dan sangat kontras dengan kemulusan tubuhnya. Kusibakkan bulu-bulu halus yang menutupi vagina pacarku, terlihat bibir vaginanya masih tertutup rapat,namun terlihat disitu ada cairan disekelilingnya, ternyata dia sudah mulai basah.
Kubuka sedikit dan terlihat kelentitnya berwarna merah jambu, kecil, menonjol dan kelihatan membasah, kuraba perlahan, Yati melenguh keras dan menggoyangkan dan mengangkat pantatnya, Kuraba perlahan dengan jari telunjukku dan akhirnya mulai kujilati dengan ujung lidahku, kembali terdengar erangan dan lenguhannya merasakan nikmat yang luar biasa.
“Mas, tolong aku sayang, masukkan kontol besarmu ke vaginaku, aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan ini, pintanya sambil setengah menangis. ” jangan sayang, kita belum boleh melakukan ini, toh nanti kita juga akan menikah, kataku masih sadar, meskipun aku jiga sudah tidak kuat lagi menahan nafsuku.
“Biarlah mas, aku rela mmberikan perawanku untukmu sayang, aku sangat mencintaimu dan aku takut kehilangan dirimu, kata Yati, sambil mulai menarik kontolku ke arah vaginanya yang membasah.
Kontolku yang sudah agak menurun, mulai bangkit lagi begitu menyentuh bibir vagina Yati, sangat tegang dan begitu membesar. Dengan masih deg degan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang kontolku ke dalam vaginanya, saat kucoba menyelipkan kepala kontolku ke mulut vaginanya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Yati sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit, “aaah” ,namun akhirnya kepala kontolku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangat vaginya, perlahan kumasukkan seinchi demi seinchi, pada centimeter ke 3 menuju ke 4, Yati tiba-tiba berteriak dan menjerit, ” aduh mas sakit sekali, katanya, seperti ada yang menusuk dan nyerinya sampai ke perut”, katanya.
“Aku cabut aja ya ?”
” Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini, aku yang sudah merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang kontolku.
Kulihat Yati meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya kontolku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yang belum pernah kurasakan, kontolku serasa digigit bibir yang kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali. Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini, ” mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan kontolmu mas, rasanya nikmat sekali.
Perlahan aku mulai mengayun batang kontolku keluar masuk ke vagina Yati, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta kontolku untuk dimasukkan dalam-dalam ke vaginanya.
Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tidak begitu merasakan sakit di vaginanya, dan kupercepat ayuhan kontolku di vaginanya. Yati berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan payudara besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan kontolku seluruhnya di dalam vaginanya.
” Oh, mmmas aku keluar…. Ahhhhhhhhhhhhh ….ahhhhhhhhhhhhh…. ahhhhhhhhhhh, Aku merasakan nikmat yang amat sangat, kontolku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di kontolku, dan aku yakin kontolku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam vagina Yati, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.
Kubuka sedikit jepitan kaki Yati dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Yati, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari vagina Yati, kontolku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh kontolku keluar masuk dari vagina Yati, nikmat sekali rasanya.
Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan kontolku di vagina Yati, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam kontolku dan akhirnya …. Crooot …croooot ….crooot …crooot. Kontolku yang sudah kucabut dari dalam vagina Yati, kudaratkan di atas perut mulusnya dan semburan air kejantananku muncrat sampai ke rambut, pipi,sebagian mulutnya, payudara dan diatas perut Yati, kuurut-urut batang kontolku dan tetesan air maniku berjatuhan di atas jembut halus kekasihku.
Aku merebahkan diri disamping tubuh mulus Yati, kupeluk dia sambil kubelai rambutnya, Yati terpejam, diam dan tiba-tiba dari ujung kedua belah matanya yang terpejam menetes air mata. Kuseka air matanya dan kupeluk dia erat-erat, dan dia memelukku juga, ” Mas, hari ini aku sudah persembahkan kesucianku untukmu, sesuatu yang berharga yang kumiliki telah kuberikan padamu, aku nggak mau kehilangan dirimu dan tak akan kulupakan seumur hidupku peristiwa indah hari ini … Aku sangat mencintaimu mas”.
Yati bangun dari rebahannya, mengambil saputangan dan membersihkan bercak dari sela-sela vaginya yang telah bercampur dengan cairan kenikmatannya, saputangan biru itu berbercak merah, memenuhi hampir setengah lembar saputangan biru itu.
“Saputangan ini akan kusimpan selamanya, sebagai tanda buat cinta kita, mas” Aku terdiam, kemudian kubelai rambut indahnya, kukecup keningnya dan kukatakan, ” Hari ini 14 November 1994, aku telah kau berikan sesuatu yang berharga darimu, keperawananmu membuktikan cinta sucimu, aku juga sangat mencintaimu, kuambil keperawananmu dengan keperjakaanku, dan tak kan kulupakan hari ini selama hidupku”.
Dalam keadaan sama-sama bugil, kupeluk tubuh Yati, kehangatan tubuhnya mengalir ke setiap pori-pori dan diapun meraskan hal yang sama, ” tahun depan aku sudah lulus, selanjutnya aku akan melamarmu dan kita akan menikmati cinta kita selamanya, aku mencintaimu Yati”. ” Mas, aku bangga memilikimu, lelaki sepertimu yang memang aku idamkan selama ini”.
Keringat yang mengalir di badanku diseka Yati dengan handuk dan dia membersihkan kontolku dengan handuk basah, akupun jadi terangsang lagi, ” Ih, si Adik kok bangun lagi, kamu benar-benar perkasa mas”, aku tersenyum, sebenarnya aku masih ingin melakukan sekali lagi tapi jam sudah menunjukkan jam 11.30, aku takut kalau tibatiba mamanya pulang.
Kugandeng tangan Yati dan membawanya ke kamar mandi dan dibawah guyuran shower kamar mandinya kita mandi bersama, saling menyabuni dan bercanda bersama, Kontolku menjadi tegang saat mandi dan Yati sempat memasturbasi kontolku yang sudah tegang dengan busa sabun, tangannya yang halus sangat lincah mengocok batang kontolku, sekitar lima menitan air maniku sempat keluar lagi dan muncrat sampai ke atas seperti air mancur, Yati tertawa puas, menciumiku dan melanjutkan mandi sampai selesai.
Selesai mengeringkan badan, rambutku dikeringkan Yati dengan hairdryernya, kupakai bajuku dan kitapun kembali ngobrol di ruang tamunya, ngopi, ngobrol dan bercanda sambil bermesraan menikmati hari indah itu. END
Bagikan Cerita Dewasa ini Sayang :*
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Sekitar jam 8 pagi aku udah nyampe di rumahnya, kebetulan hari ini dia juga lagi libur. Kutunggu agak lama setelah memencet bel rumahnya, Yati membukakan pintu depan rumahnya, “lho kok sepi, pada kemana ? tanyaku sambil masuk ke rumahnya, “oh Mama lagi ke Pasar Baru, si adik sudah berangkat pagi ke sekolah, ada PR” katanya.
“Duduk dulu ya, aku mau pake baju dulu nih, soalnya habis mandi buru-buru ada bel bunyi dan aku yakin pasti kamu yang datang, jadinya cuman sempet pake handuk sama kaos aja”.
“Pasti belum pake baju dalam ya ? tebakku sambil senyum. “Ih dasar cowok, pikirannya yang ngeres-ngeres aja, ” tapi suka kan …hi hi hi.
Sambil berjalan ke kamarnya, aku lihat pinggul dan pantat pacarku ini benar-benar aduhai, betisnya putih apalagi pahanya pasti lebih ok dan yang paling memabukkan adalah buah dadanya yang ranum dan montok, kaos ketatnya membungkus payudara indah tanpa bh itu dengan sempurna, memperlhatkan lekukan dada wanita yang sempurna.
Kebayang waktu kenalan dulu, wih tangannya putih sekali dan mulusnya ampun, banyak cowok yang suka sama dia, tapi namanya cinta nggak bisa diboongin.
“Sorry ya agak lama, nih kopi kesukaanmu mas “, aku agak kaget juga.
“Eh, makasih ya?!” kataku sambil kaget dan agak konak lihat pakaiannya, Yati cuma make celana pendek tipis batik yogya dan kaos tipis ketat coklat muda tanpa lengan dengan belahan kaos rendah yang memperlihatkan belahan dadanya yang putih dan montok.
“Aku minum ya, wah masih panas sekali’ kataku sambil megangin mulutku yang kepanasan, Yati ketawa ” makanya kira-kira ya kalau mau minum tiup dulu donk, mas”. “Wah lihat nih, lidahku sampai merah gini, mesti diobatin nih kalau nggak bisa dioperasi”, kataku.
“Aduh kacian, sini ibu guru lihat dulu” kata Yati sambil duduk disampingku dan memegang mulutku, aku diam dan memperlihatan lidahku yang kepanasan, sementara kuhirup wangi tubuhnya yang habis mandi, hmm.
Kudekatkan dudukku pada tubuh Yati, sambil tangannya melihat-lihat lidahku, tanganku memeluk pinggulnya dari samping sambil kulirik belahan dadanya yang putih, montok menantang dan menggairahkan itu.
Sambil kupeluk tubuhnya, kurasakan kehangatan tubuh dan payudaranya yang montok membuat kontolku bangkit dan mulai membesar dengan cepat, hingga menyesakkan celana yang kupakai, “idih, kok sampai merah gini” kata Yati, tiba-tiba mulutku dilumat olehnya dan tanpa menunggu lagi sambil tetap kupeluk tubuhnya akaupun gantian memgulum, melumat dan mencium bibir seksinya dengan penuh gairah, satu hal yang kusuka dari pacarku, meskipun dia orangnya pendiam kalau urusan lumat melumat dia jadi sangat ahli sekali, dan lumatan bibir seksinya sungguh sangat menggairahkan.
Tiba-tiba Yati mengangkat pantatnya dan duduk diatas pangkuanku, bongkahan pantatnya terasa sangat hangat kenyal dan menekan kontolku yang sudah mengeras, “Ih adikku sudah berdiri, katanya sambil menggoyangkan pantatnya diatas kontolku”.
Kulihat matanya sudah mulai nanar dan sedikit berair, pandangannya mulai agak sayu, kemudian aku mulai beralih menciumi leher putihnya dan sedikit jilatan dibelakang telinga,kelihatannya salah satu titik rangsangnya ini sangat menggairahkan nafsu seks-nya, lebih kebawah lagi, kuraba dari luar bongkahan payudaranya sudah sangat mengeras dan lebih membesar dari biasanya, pelan kuangkat kaosnya dan sepasang penutup BH-nya, payudara yang putih dan montok itupun menyembul dari dalam BH hitam yang dipakainya, sangat kontras sekali dengan dadanya yang sangat putih dan montok itu.
Kuciumi dengan rakus payudara montok itu dan kujilati dengan lidahku, sampai akhirnya ke titik pusat dadanya, putting susunya yang sudah tegak seperti penghapus pensil di ujung, kujilati putting susunya dan ternyata titik inipun sangat mempengaruhi gairahnya, terlihat kedua tangannya dilepas dari pelukannya dan tangannya memegang dan menarik rambut panjangnya kebelakang sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan.
Tiba-tiba tubuhnya menggelinjang kuat sekali dan memeluktubuhku erat sekali sambil digoyang-goyangkan pantatnya diatas kontolku tegakku dan akupun terasa dikeliilingi daging nikmat, dari sepasang dadanya yang montok dan ranum serta dibawah bongkahan pantatnya yang nggak kalah montok dan padat.
Sejenak dia terdiam sambil tetap memelukku dan dia menggelendot manja diatas pangkuanku,
“Mas, kita kemarku yuk, takut di ruang tamu ada yang masuk, lagian disana kan lebih leluasa,
tapi aku minta digendong ya ..? pintanya manja.
Sambil tangannya memelukku, akupun menggendong tubuhnya yang ramping dan montok itu ke kamarnya yang lumayan jauh dari ruang tamu. Setelah menaruh Yati diatas kasur, kuhampiri tape disamping tempat tidurnya dan kusetel lagu Forever In Love-nya Kenny G yang sampai saat ini menjadi lagu kenangan kami berdua.
Dalam ketegangan kontolku dan nafsu yang sudah naik, kuhampiri Yati, Kucium lembut bibirnya dan seluruh wajahnya mulai dari keningnya, jidat, matanya yang terpejam, hidung dan akhirnya kukecup dan akhirnya kulumat bibir seksinya, tanganku tak tinggal diam mulai dari kaos dan BHnya kubuka perlahan dan celana dalam hitam kecilnya yang menutupi lembah dan jembut halusnya, sambil terpejam Tangan Yati meraih kancing dan resluting celanaku dan didapatinya kontolku yang sudah tegak berdiri, kubantu melepas baju yang kukenakan sehingga kita berdua telanjang bulat dan hanya celana dalam Yati yang masih dipakainya.
Tiba-tiba tubuhku didorongnya, “berdiri dulu sayang, katanya, akupun turun dari tempat tidur dan Yati pun duduk ditepi tempat tidur dan sambil membelai kontolku yang sudah sangat tegang.
“Aku belum pernah lihat titit lelaki dewasa, tetapi punyamu besar sekali mas, sampai-sampai tanganku rasanya mantap sekali memegangnya, boleh aku belai sayang?”.
“Tentu, belai ciumi dan manjakan kontolku besar ini sayang.”, kataku.
Kontolku sebenarnya nggak terlalu besar ya kira-kira pernah kuukur pakai penggaris panjangnya 15 cm dan bonggolnya sebesar pepsodent ukuran jumbo, yah perfectable size-lah menurut ukuran pacarku.
Sejak pertama kali mengenal oral sex hingga hari ini, Yati menunjukkan antusias yang sangat tinggi dengan kontolku, matanya sempat terbelalak saat pertama melihat dan memegang kontolku yang sudah ereksi. Apalagi saat pertama kali melakukan “karaoke”, istilahku jika ingin di-oral-sex sama pacarku, cara memperlakukan kontolku benar-benar istimewa, saat kutanya emangnya sudah pernah karaoke ya, pacarku marah besar, bagaimana mungkin jawabnya, ciuman bibir aja baru dengan kamu , dan akupun teringat first kiss buatku dan buat dia benarbenar berkesan, habis sama-sama baru sekali itu sih.
Sambil duduk dipingggir kasur kubuka pahaku sehingga kontolku yang sudah ereksi terlihat menantang seperti tugu monas, Yati jongkok dibawah sambil membelai perlahan kontolku, jari jemarinya menari-nari sepanjang kontolku mengikuti urat-uratnya yang menonjol sambil sesekali meremas dengan gemas, kulihat payudara Yati sangat menantang dan sesekali kuremas juga susunya.
Dari pangkal kontolku, dekat anus, tiba-tiba Yati menjulurkan lidahnya dan menjilat-jilat bonggol kontolku, jilatan itu kemudian berpindah keatas mengikuti batang kontolku, hingga akhirnya kepala kontolku dijilat dan disedot perlahan-lahan. Kurasakan aliran darah mengalir keras disepanjang urat kontolku, dan ketegangannya mungkin sudah mencapai 100%, kepalanya membesar seperti helm tentara, warnanya kemerah-merahan dan berdenyut-denyut nikmat sekali.
Sampai akhirnya batang kontolku mulai dilumat dan dimasukkan ke dalam mulutnya, perlahanlahan hingga kurasakan menyentuh ujung tenggorokannya, sementara masih tersisa sekitar 5 cm. “Masukkan semuanya dong, pintaku, “Gimana mau masuk lagi, kontolmu terlalu panjang buat mulutku, katanya sambil melepaskan kulumannya.
Akhirnya keluar masuk kontolku dimulutnya, wah rasanya nikmat sekali, mungkin seperti ini rasanya bersenggama, pikirku, kami memang selama ini belum pernah melakukan persetubuhan hingga memasukkan kontolku ke dalam vaginanya, yah hanya sekedar berbugil sambil menjilat dan mengulum alat kelamin dan orgasme tanpa melakukan senggama.
Suasana pagi yang sejuk, karena jendela kamar yang terbuka ditambah alunan instrumen Kenny.G membuat kami sama-sama terbuai dan lupa dengan segala sesuatunya. Sambil kujamah payudaranya, Yati kutarik dan kurebahkan di atas tempat tidur, wajahnya benarbenar merangsang, matanya berbinar, bibirnya memerah dan payudara sangat kencang dan memadat dengan putting susu yang mengeras. Seperti diawal aku mulai menciumi wajah dan bibirnya kemudian aku turun kebawah, kuciumi dan kujilati mulai dari jari-jemarinya yang putih mulus hingga ke betis indahnya, sambil kubelai dan kusentuh paha mulusnya, tanpa terasa aku menyentuh CD hitamnya dan perlahan kuturunkan dan kulepaskan, Yati diam dan hanya mendesah-desah menahan kenikmatan itu.
Sampai di pahanya kubelai dan kuciumi paha mulusnya seinchi demi seinchi kelihatan sekali dia begitu terangsang, sebelum sampai ke pangkal pahanya, aku naik dan mulai menjilati dadanya. Payudara yang putih dan mulus itu kuremas sambil mulai kujilati melingkar hingga sampai ke putingnya kujilati dan kusedot penuh nafsu, Kulihat pinggul dan pantat Yati bergerak dan menggelinjang tak karuan menahan kenikmatan jilatan, sedotan dan remasanku.
Kujilati kebawah lagi dan sampai ke perut Yati yang sangat mulus dan akhirnya hingga ke bukit indah yang ditumbuhi rumput hitam yang halus dan sangat kontras dengan kemulusan tubuhnya. Kusibakkan bulu-bulu halus yang menutupi vagina pacarku, terlihat bibir vaginanya masih tertutup rapat,namun terlihat disitu ada cairan disekelilingnya, ternyata dia sudah mulai basah.
Kubuka sedikit dan terlihat kelentitnya berwarna merah jambu, kecil, menonjol dan kelihatan membasah, kuraba perlahan, Yati melenguh keras dan menggoyangkan dan mengangkat pantatnya, Kuraba perlahan dengan jari telunjukku dan akhirnya mulai kujilati dengan ujung lidahku, kembali terdengar erangan dan lenguhannya merasakan nikmat yang luar biasa.
“Mas, tolong aku sayang, masukkan kontol besarmu ke vaginaku, aku sudah tak tahan lagi menahan kenikmatan ini, pintanya sambil setengah menangis. ” jangan sayang, kita belum boleh melakukan ini, toh nanti kita juga akan menikah, kataku masih sadar, meskipun aku jiga sudah tidak kuat lagi menahan nafsuku.
“Biarlah mas, aku rela mmberikan perawanku untukmu sayang, aku sangat mencintaimu dan aku takut kehilangan dirimu, kata Yati, sambil mulai menarik kontolku ke arah vaginanya yang membasah.
Kontolku yang sudah agak menurun, mulai bangkit lagi begitu menyentuh bibir vagina Yati, sangat tegang dan begitu membesar. Dengan masih deg degan akhirnya sedikit demi sedikit kumasukkan batang kontolku ke dalam vaginanya, saat kucoba menyelipkan kepala kontolku ke mulut vaginanya rasanya peret dan sulit sekali, kulihat Yati sedikit meringis dan membuka mulutnya dan sedikit menjerit, “aaah” ,namun akhirnya kepala kontolku sudah mulai masuk dan mulai kurasakan kehangat vaginya, perlahan kumasukkan seinchi demi seinchi, pada centimeter ke 3 menuju ke 4, Yati tiba-tiba berteriak dan menjerit, ” aduh mas sakit sekali, katanya, seperti ada yang menusuk dan nyerinya sampai ke perut”, katanya.
“Aku cabut aja ya ?”
” Jangan, biarkan dulu kutahan rasa sakit ini, aku yang sudah merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit mulai kumasukkan lagi batang kontolku.
Kulihat Yati meneteskan air mata, namun tiba-tiba dia menggoyangkan pantatnya dan tentunya akhirnya kontolku hampir seluruhnya masuk, kenikmatan yang belum pernah kurasakan, kontolku serasa digigit bibir yang kenyal, hangat, agak lembab dan nikmat sekali. Akhirnya kamipun mulai menikmati hubungan badan ini, ” mas rasa sakitnya sudah agak berkurang, sekarang keluar masukkan kontolmu mas, rasanya nikmat sekali.
Perlahan aku mulai mengayun batang kontolku keluar masuk ke vagina Yati, kulihat tangannya diangkat dan memegang erat-erat kepalanya dan akhirnya menarik sprei tempat tidurnya, sementara pahanya dia kangkangin lebar-lebar dan mencari-cari pinggulku, hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku dan seolah meminta kontolku untuk dimasukkan dalam-dalam ke vaginanya.
Beberapa kali ayunan, akhirnya aku agak yakin dia sudah tidak begitu merasakan sakit di vaginanya, dan kupercepat ayuhan kontolku di vaginanya. Yati berteriak-teriak dan tiba merapatkan jepitan kakinya di pantatku, kepala menggeleng-geleng dan tangannya menarik kuat-kuat sprei tempat tidurnya, mungkin dia mau orgasme, pikirku. Tiba-tiba tangannya memelukku erat-erat dan kakinya makin merapatkan jepitannya di pantatku, kurasakan payudara besarnya tergencet dadaku, rasanya hangat dan kenyal sekali, aku diam sejenak dan kubenamkan kontolku seluruhnya di dalam vaginanya.
” Oh, mmmas aku keluar…. Ahhhhhhhhhhhhh ….ahhhhhhhhhhhhh…. ahhhhhhhhhhh, Aku merasakan nikmat yang amat sangat, kontolku berdenyut-denyut, rasanya aliran darah mengalir kencang di kontolku, dan aku yakin kontolku sangat tegang sekali dan begitu membesar di dalam vagina Yati, sepertimya aku juga akan mengeluarkan air kejantananku.
Kubuka sedikit jepitan kaki Yati dipantatku, sambil kubuka lebar-lebar paha Yati, kulihat ada cairan kental berwarna kemerah-merahan dari vagina Yati, kontolku rasanya licin sekali dialiri cairan itu, dan akhirnya dengan cepat aku kayuh kontolku keluar masuk dari vagina Yati, nikmat sekali rasanya.
Ada mungkin delapan sampai sembilan kayuhan kontolku di vagina Yati, tiba-tiba kurasakan ada sesuatu yang akan meledak dari dalam kontolku dan akhirnya …. Crooot …croooot ….crooot …crooot. Kontolku yang sudah kucabut dari dalam vagina Yati, kudaratkan di atas perut mulusnya dan semburan air kejantananku muncrat sampai ke rambut, pipi,sebagian mulutnya, payudara dan diatas perut Yati, kuurut-urut batang kontolku dan tetesan air maniku berjatuhan di atas jembut halus kekasihku.
Aku merebahkan diri disamping tubuh mulus Yati, kupeluk dia sambil kubelai rambutnya, Yati terpejam, diam dan tiba-tiba dari ujung kedua belah matanya yang terpejam menetes air mata. Kuseka air matanya dan kupeluk dia erat-erat, dan dia memelukku juga, ” Mas, hari ini aku sudah persembahkan kesucianku untukmu, sesuatu yang berharga yang kumiliki telah kuberikan padamu, aku nggak mau kehilangan dirimu dan tak akan kulupakan seumur hidupku peristiwa indah hari ini … Aku sangat mencintaimu mas”.
Yati bangun dari rebahannya, mengambil saputangan dan membersihkan bercak dari sela-sela vaginya yang telah bercampur dengan cairan kenikmatannya, saputangan biru itu berbercak merah, memenuhi hampir setengah lembar saputangan biru itu.
“Saputangan ini akan kusimpan selamanya, sebagai tanda buat cinta kita, mas” Aku terdiam, kemudian kubelai rambut indahnya, kukecup keningnya dan kukatakan, ” Hari ini 14 November 1994, aku telah kau berikan sesuatu yang berharga darimu, keperawananmu membuktikan cinta sucimu, aku juga sangat mencintaimu, kuambil keperawananmu dengan keperjakaanku, dan tak kan kulupakan hari ini selama hidupku”.
Dalam keadaan sama-sama bugil, kupeluk tubuh Yati, kehangatan tubuhnya mengalir ke setiap pori-pori dan diapun meraskan hal yang sama, ” tahun depan aku sudah lulus, selanjutnya aku akan melamarmu dan kita akan menikmati cinta kita selamanya, aku mencintaimu Yati”. ” Mas, aku bangga memilikimu, lelaki sepertimu yang memang aku idamkan selama ini”.
Keringat yang mengalir di badanku diseka Yati dengan handuk dan dia membersihkan kontolku dengan handuk basah, akupun jadi terangsang lagi, ” Ih, si Adik kok bangun lagi, kamu benar-benar perkasa mas”, aku tersenyum, sebenarnya aku masih ingin melakukan sekali lagi tapi jam sudah menunjukkan jam 11.30, aku takut kalau tibatiba mamanya pulang.
Kugandeng tangan Yati dan membawanya ke kamar mandi dan dibawah guyuran shower kamar mandinya kita mandi bersama, saling menyabuni dan bercanda bersama, Kontolku menjadi tegang saat mandi dan Yati sempat memasturbasi kontolku yang sudah tegang dengan busa sabun, tangannya yang halus sangat lincah mengocok batang kontolku, sekitar lima menitan air maniku sempat keluar lagi dan muncrat sampai ke atas seperti air mancur, Yati tertawa puas, menciumiku dan melanjutkan mandi sampai selesai.
Selesai mengeringkan badan, rambutku dikeringkan Yati dengan hairdryernya, kupakai bajuku dan kitapun kembali ngobrol di ruang tamunya, ngopi, ngobrol dan bercanda sambil bermesraan menikmati hari indah itu. END
Bagikan Cerita Dewasa ini Sayang :*
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Ngentot Dengan Karyawati Semok di Ruangan Kantor Atasan
Ngentot Dengan Karyawati Semok di Ruangan Kantor Atasan - Kisah ini terjadi di tahun ini pada bulan Januari, ketika aku,
bekerja di sebuah perusahaan IT di bilangan Jakata Selatan. Perusahaanku
saat itu menyewa sebuah rumah yang dijadikan kantor. Selain
perusahaanku, rumah tersebut juga disewa oleh dua perusahaan lainnya
yang bergerak di bidang jasa. Saat itu aku bekerja sebagai staf
administrasi. Perusahaan aku terbilang kecil, hanya memiliki karyawan di
bawah sepuluh orang saja.
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Kehidupan seksualku sebenarnya normal,
aku telah berkeluarga dan memiliki anak berumur satu tahun. Kebahagiaan
kami berjalan seperti layaknya sebuah keluarga kecil yang bahagia, tanpa
kekurangan satu hal pun.
Hingga pada suatu saat, perusahaan yang
bersebelahan dengan perusahaanku, mempekerjakan seorang karyawati baru
di bidang administrasi. Namanya Voni. Gadis ini berperawakan kecil,
namun manis. Berkulit sawo matang dengan mata berbulu lentik. Rambutnya
agak ikal. Voni ini keturunan arab. Sering aku dengar bahwa pria
keturunan Arab memiliki libido yang sangat tinggi. Untuk perempuannya,
aku belum pernah mendengar selentingan mengenai perilaku seksnya.
Kehadirannya menyita perhatian semua
karyawan yang bekerja di sana, tidak hanya karyawan tempat perusahaan
Voni berkerja, tapi semua perusahaan yang menyewa tempat tersebut. Hal
ini sangat memungkinkan, karena memang perangai Voni sangat ceria, agak
centil, dan juga selalu berpakaian ketat mengundang birahi pria manapun
yang melihatnya.
Seringkali Aku dan Voni mencuri pandang,
pandangannya mengisyaratkan sesuatu yang saat itu, aku sendiri belum
bisa menangkap makna yang tersembunyi.
Suatu ketika, kami bertemu di depan
pintu masuk. Saat itu pintu masih dalam keadaan terkunci, sehingga kami
terpaksa harus menunggu sampai teman kami yang membawa kunci datang.
Dengan agak gugup, Aku mencoba memberanikan diri menyapanya.
“Voni ya.. Gimana.. Kerasan kerja di sini?” pertanyaan yang benar-benar retoris, hanya sebagai ice breaking.
“Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan kue kecil,
“Mau Mas..?”
“Lumayan lah..” jawabnya sambil menyodorkan kue kecil,
“Mau Mas..?”
Aku ambil biskuit pemberiannya dan mulailah pembicaraan mengalir lebih lancar.
“Dari mana dapat info tentang lowongan pekerjaan di sini?” selidikku.
“Saudara saya kenal dekat dengan pemilik PT, lagipula saya masih dihitung sebagai magang kok. Jam kerjanya tidak terlalu memaksa, karena saya masih sambil kuliah,” jawabnya dengan manis.
“Dari mana dapat info tentang lowongan pekerjaan di sini?” selidikku.
“Saudara saya kenal dekat dengan pemilik PT, lagipula saya masih dihitung sebagai magang kok. Jam kerjanya tidak terlalu memaksa, karena saya masih sambil kuliah,” jawabnya dengan manis.
Terlihat jelas lesung pipit di pipi sebelah kiri dan lentik bulu matanya.
“Si Mas sombong ya.. Selama tiga bulan saya kerja di sini, belum pernah menegur saya, sedangkan yang lain sudah saya kenal. Setiap saya lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan tidak menghargai keberadaan saya”
“Si Mas sombong ya.. Selama tiga bulan saya kerja di sini, belum pernah menegur saya, sedangkan yang lain sudah saya kenal. Setiap saya lihat Mas, pandangan Mas, dingin, seakan tidak menghargai keberadaan saya”
“Ah itu perasaan Voni saja, saya tidak
begitu kok, kalau tidak percaya tanya saja sama karyawan yang lain, Saya
ini tipenya periang loh..” obralku.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas memancing rasa penasaran saya..” timpalnya manja.
“Tapi nggak apa-apa kok, justru dinginnya Mas memancing rasa penasaran saya..” timpalnya manja.
“Oh ya Mas, kalau ada waktu bisa nggak
Mas membantu saya mengajarkan komputer Sabtu ini, saya ada tugas dari
kantor, namun agak kesulitan menyelesaikannya, lagian si Mas kan libur
hari Sabtu..?” undangnya penuh manja.
“Wah.. Belum tentu bisa..” timpal Aku sok menjual mahal, “Nanti lah akan saya beritahu,” lalu kami pun saling bertukar nomor HP.
“Mas.. Jadi nggak ngajarin saya, saya sudah di kantor nih..” tanyanya pada Sabtu itu.
“Wah saya lupa..” pikirku, karena panik langsung saja saya jawab,
“Iya saya dalam perjalanan kok ke sana..”.
“Wah saya lupa..” pikirku, karena panik langsung saja saya jawab,
“Iya saya dalam perjalanan kok ke sana..”.
Setiba di kantor, Voni telah berada di
depan meja komputer. Dengan celana jeans dan baju putih ketat, jenis
pakaian kesukaannya, jelas mempertontonkan lekuk tubuh sintal dan buah
dadanya yang ranum.
Sambil menelan ludah Aku hampiri mejanya
sambil memulai mengajarkan komputer. Dari samping tampak jelas dua
tonjolan di balik baju ketatnya tersebut, terlebih baju tersebut agak
terbuka di bagian atasnya. Langsung saja darahku berdesir melihat
pemandangan ini.
“Wuih.. Beda banget sama yang dirumah..” pikirku.
Cukup lama Aku mengajarinya komputer hingga waktu makan siang tiba. Saat itu Aku memberanikan diri menyapanya.
“Kamu nggak lapar?” tanyaku sambil
memegang perutnya, maklum sudah hampir dua jam Aku menahan libido
melihat pemandangan menggiurkan. Tanpa dinyana ia menjawab sekenanya.
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di bawah perut?”
“Lapar yang mana nih? Yang di perut atau di bawah perut?”
Wah berani juga nih anak.
“Ya dua-duanya dong, terserah kamu mana yang mau diatasi lebih dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini dengan mengelus pahanya.
“Ya dua-duanya dong, terserah kamu mana yang mau diatasi lebih dahulu, perut atau bawah perut?” kataku kini dengan mengelus pahanya.
“Terserah Mas deh..” tangannya menggenggam tanganku dengan erat.
Tak berapa lama, matanya seakan
mengajakku untuk pindah ruangan. Ruang atasannya, yang semula dikunci
dibukanya sambil menggandeng tanganku. Aku yang di belakangnya manut
saja, karena memang kami berdua sudah sangat on.
Setiba di ruangan tersebut, langsung
saja kulumat bibir tipisnya.. Wuih seperti di surga rasanya. Kecupanku
dibalasnya mesra dan terasa sekali hangat bibirnya.
Lama bibir kami saling berpagutan. Tak
kusangka, ternyata responnya luar biasa. Tanpa terasa tangan kami terus
menjalar mencari arah genggaman yang seakan tidak pernah kami dapatkan.
Aku sendiri tidak jauh dari menggenggam pantatnya yang sintal di balik
jeansnya, sambil sesekali menggesekkan batangku ke arah vaginanya.
Sambil mendesah Voni terus membalas
ciumanku seakan tidak ingin melepaskan. Sementara Aku mulai mencoba
menelanjanginya. Tangan kananku kucoba untuk melepaskan zipper celana
jeans Voni dan juga celanaku. Kudengar semakin keras desahannya ketika
alat kelamin kami saling bertemu, meskipun masih terhalang oleh CD
masing-masing.
Tak lama Aku lepaskan pengikat celana
kami masing-masing dan dengan cepat Voni menurunkan celana jeansnya,
demikian juga Aku. Kulucuti celanaku dan juga T-Shirt yang menutupi
badanku. Masih mengenakan CD dan baju ketatnya, Voni langsung kembali
melumat bibirku, sementara tangan kananku mulai aktif mencoba menyusup
ke dalam CDnya. Dengan cepat Voni memegang tangan kananku tersebut
sambil menggelengkan kepalanya. Dengan kecewa kutarik tanganku dari
balik CDnya, meskipun sempat terasa bulu-bulu halus yang telah membasah
karena rangsangan yang ada.
Setelah gagal menembus CD, aku mencoba
memasukkan tanganku ke dalam BHnya, kali ini Voni tidak menolaknya,
malah melenguh laksana sapi saja. Tanpa terasa ternyata, tangan kanan
Voni telah meremas penisku sementara tangan kirinya melingkar di
leherku. Tampak sekali betapa Voni merasakan setiap remasanku dan
remasannya di penisku. Setiap kudenyutkan penisku, setiap kali pula Voni
melenguh, ditambah lagi ketika kuremas buah dadanya dan kupelintir
putingnya.
Tak tahan dengan permainan tanganku itu, tiba-tiba Voni melenguh dengan agak ditahan.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku, sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan buah dadanya.
“Wah.. Cepat juga ‘dapat’nya nih anak..” pikirku, sambil terus kuremas dan kuhisap puting dan buah dadanya.
Setelah merasakan orgasme pertamanya,
Voni kemudian membungkuk menghadapku sambil melepaskan atasannya.
Praktis kini dia hanya memakai CD saja. Sambil membungkuk langsung saja
dia menurunkan CD Crocodile ku.
Dengan mantap dijilatnya kepala penisku
sambil meremas batang dan sesekali mengelus buah pelirku. Slowly but
sure Voni memainkan penisku dengan tiga unsur; tangan, mulut dan lidah.
Kombinasi gerakan, kocokan dan kulumannya sungguh luar biasa. Kembali
kurasakan perbedaan ketika Aku menjamah istriku yang selalu ingin
konvensional saja.
Tak kuasa aku menahan gempurannya,
kuangkat kepalanya dan kini ia kembali sejajar denganku. Kulumat mesra
kembali bibirnya sambil berbisik.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
“Boleh ya..?” tanyaku dan tanganku mencoba masuk ke dalam CDnya untuk kedua kalinya.
Kali ini ia tidak menjawab dan hanya
mengangguk. Dengan senang kutelusuri bagian sensitif di bawah perut
tersebut. Terasa bulu-bulu halusnya yang telah basah sejak permainan
tangan kami pertama. Ketika tangan kananku mencobanya masuk, tangan
kiriku dengan perlahan menurunkan CDnya.
Kini kami telah berhadapan telanjang.
Mulai kugesek-gesekkan penisku di depan vaginanya. Desahan kudengar
kembali dari bibirnya, kali ini sambil kulirik ke sekitar ruangan untuk
dapat bersandar, sampai akhirnya kutemukan meja agak besar dan sambil
kudorong badannya ke arah meja tersebut.
Setelah bersandar, Voni langsung
merebahkan tubuhnya di meja tersebut dan langsung tampak jelas kulit
mulusnya dengan dua gundukan di atas serta barisan ’semut hitam’ di
bagian bawah. Tahi lalat di samping kiri perutnya menambah sensasi
rangsangan yang ada.
“Ayo cepat Mas..” ajaknya mengaburkan lamunanku sambil mencoba meraih penisku untuk diarahkan ke liang vaginanya.
Tanpa menunggu waktu lama, langsung saja kucoba membenamkan penisku ke liang vaginanya. Wuih, susah dan sempit sekali.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.
“Pelan-pelan Mas..” ucapnya lirih.
Dengan perlahan, kucoba membenamkan
penisku ke dalam vaginanya. Masuk, kemudian keluar dan kembali masuk,
demikian beberapa kali, untuk memberikan space yang cukup agar penisku
bisa leluasa di dalam lubang surgawi tersebut. Sampai akhirnya, berhasil
juga kubenamkan penisku itu.
“Bless..”
“Ach.. Ehm..”
“Ach.. Ehm..”
Seperti bersahutan bunyi penetrasi
penisku dengan desahannya. Semakin lama kupacu penetrasiku di dalam
vaginanya, sementara kedua tanganku meremas payudaranya dan sesekali
kuarahkan untuk memegang pantatnya yang seksi.
Sepuluh menit kemudian, kembali Voni
melenguh ketika mendapatkan orgasmenya yang kedua siang itu. Selang
beberapa lama, Voni bergerak, berbalik membelakangiku. Kutahu maksudnya,
sambil dituntunnya, penisku kumasukkan ke dalam vaginanya dan kamipun
memulai ‘aksi’ doggy style.
Sungguh besar juga libido Voni yang
keturunan Arab ini, terbukti gerakannya seperti membabi buta ketika dia
membelakangiku. Sampai sakit rasanya mengikuti gerakan cepat dan rotasi
yang dilakukannya. Benar-benar pengalaman seks yang luar biasa.
Sambil menggoyang-goyangkan pantatnya,
sesekali dicobanya untuk meraih zakarku dari arah bawah, kadang tanpa
disadarinya, dipencetnya zakarku, sampai Aku menjerit kesakitan.
Sementara Aku, tetap memacunya dari belakang dan kedua tanganku
menggenggam buah dadanya yang ranum tersebut. Cukup lama kami dalam
posisi tersebut, sampai akhirnya terasa penisku agak berkejut ingin
memuntahkan lahar sperma hangatnya.
Sambil terbata-bata kutanya dia, mau
dikeluarkan di mana? Dengan cepat dia cabut penetrasi doggy style dan
langsung menghadapku. Diraihnya penisku dan digenggamnya dengan penuh
nafsu. Sambil menjilati kepala penisku. Kemudian langsung
dikocok-kocoknya penisku dan dikulumnya ketika dirasakannya penisku
mulai berdenyut.
Dan.. Tumpahlah semua lahar sperma yang
ada dalam penisku. Dengan seksama, ditelannya limpahan spermaku,
meskipun masih ada juga bagian yang tercecer di bibirnya yang tipis.
Ceceran di bibirnya dijilatinya dengan lidahnya sekan tidak rela
membuang percuma lelehan sperma dari penisku. Aksinya ditutup dengan
pembersihan sisa-sisa sperma di kepala penisku.
Sambil tersenyum, kami berdua
menuntaskan birahi kami dengan sebuah kecupan mesra yang panjang. Kami
tahu, bahwa ini bukanlah yang terakhir yang kami lakukan. Sambil
terengah-engah Voni berucap mesra.
“Makasih ya Mas.. Next time bisa lagi kan?”
Dengan tersenyum penuh arti, tentu saja sebagai lelaki normal, aku anggukkan kepalaku mengiyakan..
Setelah kejadian itu, kami sering
melakukannya, malah kami sering nekat melakukannya sepulang kerja di
ruanganku, di ruang tamu bahkan di WC. Namun kini kami tidak berhubungan
lagi. Aku kehilangan kontak dengannya. Terakhir yang aku tahu, dia akan
menikah dan tinggal di daerah Tangerang. ENDCerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Baca juga Cerita Sex Lainnya di blog tantedevy.blogspot.com
Wednesday, April 6, 2016
Akibat Ngintip Tetangga
Akibat Ngintip Tetangga - Kegiatan ronda memang rutin diadakan di kampugku selama ini masih berjalan baik, setiap malam pasti ada ship terdiri dari 3 orang warga, pada malam itu aku dapat giliran untuk untuk jaga pada malam minggu, tepat pukul 00.30 yang seharusnya menemaniku ronda malam belum kunjung datang karena kegitan ronda sukarela maka aku juga tidak memperdulikan mau datang atau tidak.
Dan aku mengelilingi kampungku karena aku belum mengantuk aku mengelilingi rumah rumah penduduk dengan sarung dan senter seperti biasanya, karena udaranya dingin aku menyalakan rokokku, pada sampai di rumah Pak Rudi aku melihat kaca yang belum tertutup dengan benar dan aku mendekati itu kelupaan atau ada orang yang masuk dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.
Kupikir kemarin sore pasti Pak Rudi lupa menutup kaca , tetapi langsung menutup kain kordennya saja.
Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata
suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu
suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Rudi dan istrinya.
Aku lebih mendekat lagi kejendela tersebut, suaranya desahan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar ditelingaku.
“ssshhh… emm… aaghh… aagghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Rudi yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Rudi sedang mengocok liang vagina Bu Rudi
Hadehhh, aku langsung naik darah, penisku sudah berdiri keras bisa dikatakan seperti kayu jati. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Rudi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Rudi yang cantik dan bahenol itu..
“Oohh, aaghhhh buuu, aku mau keluar, emmm... emmmm...” terdengar suara Pak Rudi dengan Nafas seperti kelelahan.
Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Rudi sudah ejakulasi dan
pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Rudi. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku
pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang masih berdiri.
Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat
tidurnya.
Walaupun jendala kamar tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca yang
tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip proesional yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.
Biasanya pukul 20.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk
ke kamar tidurnya.
Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Jika sudah aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.
Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih
Bu Rudi yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Rudi), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.
Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Rudi dan
khususnya suara Bu Rudi yang keenakan disetubuhi suaminya. Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Rudi juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Rudi itu.
Orangnya memang cantik, dan bodynya seperti gitar. Khususnya pantat dan buah
dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Rudi istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Rudi pasti jadi masalah besar di kampungku.
Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata
aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Rudi.
Pada suatu hari aku mendengar Pak Rudi dirawat di rumah sakit, katanya operasi wasirnya. Sebagai
tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku
mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Rudi
.
Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Rudi. Sore itu, mereka
sepakat Bu Rudi akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Rudi sudah beberapa hari
tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.
Sehabis mahgrib aku bersama Bu Rudi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Rudi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.
Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan
kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Rudi.
“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Rudi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan
yaa”, kataku hati-hati.
“Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Erkam.
“Tapi anu bu… anuu.. bikinnya kan jalan terus.” godaku. “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik
Budi” jawab Bu Rudi agak kikuk.
Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali
desahan Bu Rudi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.
“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.
“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya
mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo” hehehe, kata Bu Rudi sambil tertawa.
“Eeh, benar nih Bu Rudi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang
kayak Ibu Rudi ini lhoo”, kataku menggodanya.
“Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”,
katanya sambil ketawa.
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Rudi harus aku dapatkan. “Eeh, Bu Rudi. Kita kan
nggak usah buru-buru nih.
Di rumah Bu Rudi juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh
kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.
“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.
“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.
“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi deh. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Rudi setuju. Batinku
bersorak.
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku
persempit.
“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Rudi dong Bu. benar nih. Soalnya begini
bu, tapii eeh nanti Bu Rudi marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Rudi
penasaran.
“Emangnya kenapa siih.” Bu Rudi memandangku penuh tanda tanya.
“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil. “Anu bu… tapi janji tidak marah
lho yaa.”
“Bu Rudi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Rudi.
Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Rudi. Aku menyadari ini nggak
betul. Bu Rudi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati.
Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Rudi melongo,
memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring.
Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.
Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah
telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya
dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.
Di luar dugaanku, Bu Erkam balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan.
Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang.
Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.
“Awaas! hati-hati!” Bu Rudi menjerit kaget. “Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.
“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu Rudi.
Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai dirumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.
Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Rudi yang sekarang
sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk
mendatangi rumah Bu Rudi.
Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku
sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Rudi. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca
kamarnya, “Buu Rudi, aku Budi”, kataku lirih.
Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Rudi bangun dan takut. Bisa juga mengira aku
maling.
“Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.
pintu jendela terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Rudi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali.
Aku nggak tahan lagi, Bu Rudi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut
dan mesra, penuh kerinduan. Bu Rudi membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.
“Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman
lagi dengan lebih bernafsu.
“Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu
kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.
Bu Rudi membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat
sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Rudi menyingkapkan dasternya ke
atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.
Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya
kupelorotkan, dan Bu Rudi meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.
Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu
Rudi segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh,
rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Rudi, bertelekan pada
sikut dan dengkulku.
Kaki Bu Rudi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah
basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk,
semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Rudi.
Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Erkam
yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.
“Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Rudi sambil mendesis-
desis.
Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Rudi kecepak-kecepok, menambah semangatku.
“Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.
Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Rudi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Rudi.
Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku
melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi
puas sekali.
Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang
terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
“Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari
spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan
siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku.
Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Rudi tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku
kimpoi dengan wanita lain. Bu Rudi walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.
Keluarga Pak Rudi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di
kedepankan, Bu Rudi sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis.
Tetanggaku pada meledek Bu Rudi, mungkin waktu hamil Bu Erkam benci sekali sama aku.
Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi,
hidung, dan bibirku.
Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Rudi istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut
sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua
tahun lebih, kami belum dikaruniai anak.
Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh
semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah
naik.
Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar
vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar
mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya.
Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat
istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.
Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak.
Karena sudah terbukti Bu Rudi hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan
keluarga Pak Rudi.
Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur
juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Rudi? aah, mosok.
Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu
Erkam itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan,
dipelihara, dan dilestarikan.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Rudi, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya
diketahui kami berdua. Apabila Pak Rudi tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Rudi memadamkan
lampu di sumur belakang rumahnya.
Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam,
berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Rudi. Karena dari samping rumahku dapat terlihat
belakang rumah Bu Rudi, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut.
Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak
jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Rudi sudah bosan denganku. Tetapi
ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.
Pada suatu hari aku berpapasan dengan BuRudi di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa
baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, “Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan
nggak?”
“Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.
“Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.
“Emangnya Pak Rudi nggak ada?” kataku.
Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa,
darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.
Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak
menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu
Rudi.
Aku hanya memakai sarung, tidak memakai celana dalam dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan
memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih
rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam
celana dalam yang ketat.
Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Erkam sudah padam dari Erkam. Aku berjalan
memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku
menuju ke samping rumah Bu Rudi.
Aku ketok kaca jendela kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali.
Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Rudi masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali,
kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati
kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukannya.
Setelah itu, Bu Rudi mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami
berpandangan mesra, Bu Rudi tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih. Bu Rudi sekarang kalau sedang bermesraan atau
bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya.
Nampaknya Bu Rudi menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.
“Pak Rudi sedang kemana sih maa”, tanyaku.
“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yang ikut.
Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.
“Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Rudi diam saja dan
memandangku penuh tanda tanya.
“Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu,
mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah.
Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal
bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Rudi memandangku.
“Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan
mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya,
dan pasti suamiku akan sayang sekali.
Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia.
Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut
manja. Aku tersenyum kecut
“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”,
kataku.
“Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama
istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.
“Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”
“Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan
punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan.
Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat.
Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.
“Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan
nggak jadi main nih”, kataku menggoda.
“Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.
“Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap
doong!” katanya manja.
Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja.
Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Rudi nurut saja. Pasrah saja mau diapain.
Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per
satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas
kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana
dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan.
Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk
melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah.
Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu,buah dada yang putih menggunung, perut yang
langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona.
Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Rudi. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Rudi megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.
“Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Rudi.
Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke
vaginanya. Terampil tangan Bu Rudi memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah.
Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina
Bu Rudi dengan penisku. Bu Rudi semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih.
Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.
“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Rudi
“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”
“Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”,
jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat.
Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crreeet, keluarlah spermaku di dalam rahim
istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu
Erkam menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia
merangkul kuat-kuat.
Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan,
aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku.
Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Rudi. Bu Rudi miring menghadapku dan tangannya
diletakkan di atas perutku.
Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya
paa.
Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa Rudi mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah
berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau
aku hamil lagi berarti Papa masih joosss.
Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia
tersenyum manis.
Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.
Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan
dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua
di rahim istri gelapku ini?
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Dan aku mengelilingi kampungku karena aku belum mengantuk aku mengelilingi rumah rumah penduduk dengan sarung dan senter seperti biasanya, karena udaranya dingin aku menyalakan rokokku, pada sampai di rumah Pak Rudi aku melihat kaca yang belum tertutup dengan benar dan aku mendekati itu kelupaan atau ada orang yang masuk dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.
Kupikir kemarin sore pasti Pak Rudi lupa menutup kaca , tetapi langsung menutup kain kordennya saja.
Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata
suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu
suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Rudi dan istrinya.
Aku lebih mendekat lagi kejendela tersebut, suaranya desahan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar ditelingaku.
“ssshhh… emm… aaghh… aagghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Rudi yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Rudi sedang mengocok liang vagina Bu Rudi
Hadehhh, aku langsung naik darah, penisku sudah berdiri keras bisa dikatakan seperti kayu jati. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Rudi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Rudi yang cantik dan bahenol itu..
“Oohh, aaghhhh buuu, aku mau keluar, emmm... emmmm...” terdengar suara Pak Rudi dengan Nafas seperti kelelahan.
Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Rudi sudah ejakulasi dan
pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Rudi. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku
pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang masih berdiri.
Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat
tidurnya.
Walaupun jendala kamar tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca yang
tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip proesional yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.
Biasanya pukul 20.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk
ke kamar tidurnya.
Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Jika sudah aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.
Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih
Bu Rudi yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Rudi), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan.
Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Rudi dan
khususnya suara Bu Rudi yang keenakan disetubuhi suaminya. Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Rudi juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Rudi itu.
Orangnya memang cantik, dan bodynya seperti gitar. Khususnya pantat dan buah
dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu Rudi istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Rudi pasti jadi masalah besar di kampungku.
Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata
aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Rudi.
Pada suatu hari aku mendengar Pak Rudi dirawat di rumah sakit, katanya operasi wasirnya. Sebagai
tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku
mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Rudi
.
Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Rudi. Sore itu, mereka
sepakat Bu Rudi akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Rudi sudah beberapa hari
tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.
Sehabis mahgrib aku bersama Bu Rudi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Rudi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang.
Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan
kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Rudi.
“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Rudi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan
yaa”, kataku hati-hati.
“Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Erkam.
“Tapi anu bu… anuu.. bikinnya kan jalan terus.” godaku. “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik
Budi” jawab Bu Rudi agak kikuk.
Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali
desahan Bu Rudi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.
“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.
“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya
mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo” hehehe, kata Bu Rudi sambil tertawa.
“Eeh, benar nih Bu Rudi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang
kayak Ibu Rudi ini lhoo”, kataku menggodanya.
“Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”,
katanya sambil ketawa.
Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Rudi harus aku dapatkan. “Eeh, Bu Rudi. Kita kan
nggak usah buru-buru nih.
Di rumah Bu Rudi juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh
kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.
“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.
“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.
“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi deh. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Rudi setuju. Batinku
bersorak.
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku
persempit.
“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Rudi dong Bu. benar nih. Soalnya begini
bu, tapii eeh nanti Bu Rudi marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Rudi
penasaran.
“Emangnya kenapa siih.” Bu Rudi memandangku penuh tanda tanya.
“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil. “Anu bu… tapi janji tidak marah
lho yaa.”
“Bu Rudi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Rudi.
Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Rudi. Aku menyadari ini nggak
betul. Bu Rudi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati.
Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Rudi melongo,
memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring.
Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.
Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah
telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya
dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.
Di luar dugaanku, Bu Erkam balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan.
Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang.
Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.
“Awaas! hati-hati!” Bu Rudi menjerit kaget. “Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.
“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu Rudi.
Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai dirumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.
Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Rudi yang sekarang
sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk
mendatangi rumah Bu Rudi.
Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku
sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Rudi. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca
kamarnya, “Buu Rudi, aku Budi”, kataku lirih.
Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Rudi bangun dan takut. Bisa juga mengira aku
maling.
“Aku Budi”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.
pintu jendela terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Rudi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali.
Aku nggak tahan lagi, Bu Rudi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut
dan mesra, penuh kerinduan. Bu Rudi membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.
“Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman
lagi dengan lebih bernafsu.
“Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu
kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.
Bu Rudi membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat
sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Rudi menyingkapkan dasternya ke
atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.
Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya
kupelorotkan, dan Bu Rudi meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.
Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu
Rudi segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh,
rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Rudi, bertelekan pada
sikut dan dengkulku.
Kaki Bu Rudi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah
basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk,
semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Rudi.
Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Erkam
yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.
“Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus”, bisik Bu Rudi sambil mendesis-
desis.
Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Rudi kecepak-kecepok, menambah semangatku.
“Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.
Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Rudi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Rudi.
Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku
melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi
puas sekali.
Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang
terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
“Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari
spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan
siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku.
Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Rudi tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku
kimpoi dengan wanita lain. Bu Rudi walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.
Keluarga Pak Rudi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di
kedepankan, Bu Rudi sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis.
Tetanggaku pada meledek Bu Rudi, mungkin waktu hamil Bu Erkam benci sekali sama aku.
Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi,
hidung, dan bibirku.
Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Rudi istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut
sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua
tahun lebih, kami belum dikaruniai anak.
Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh
semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah
naik.
Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar
vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar
mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya.
Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat
istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.
Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak.
Karena sudah terbukti Bu Rudi hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan
keluarga Pak Rudi.
Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur
juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Rudi? aah, mosok.
Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu
Erkam itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan,
dipelihara, dan dilestarikan.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Rudi, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya
diketahui kami berdua. Apabila Pak Rudi tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Rudi memadamkan
lampu di sumur belakang rumahnya.
Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam,
berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Rudi. Karena dari samping rumahku dapat terlihat
belakang rumah Bu Rudi, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut.
Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak
jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Rudi sudah bosan denganku. Tetapi
ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.
Pada suatu hari aku berpapasan dengan BuRudi di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa
baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, “Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan
nggak?”
“Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.
“Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.
“Emangnya Pak Rudi nggak ada?” kataku.
Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa,
darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.
Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak
menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu
Rudi.
Aku hanya memakai sarung, tidak memakai celana dalam dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan
memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih
rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam
celana dalam yang ketat.
Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Erkam sudah padam dari Erkam. Aku berjalan
memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku
menuju ke samping rumah Bu Rudi.
Aku ketok kaca jendela kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali.
Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Rudi masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali,
kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati
kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukannya.
Setelah itu, Bu Rudi mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami
berpandangan mesra, Bu Rudi tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih. Bu Rudi sekarang kalau sedang bermesraan atau
bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya.
Nampaknya Bu Rudi menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.
“Pak Rudi sedang kemana sih maa”, tanyaku.
“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yang ikut.
Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.
“Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Rudi diam saja dan
memandangku penuh tanda tanya.
“Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu,
mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah.
Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal
bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Rudi memandangku.
“Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan
mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya,
dan pasti suamiku akan sayang sekali.
Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia.
Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut
manja. Aku tersenyum kecut
“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”,
kataku.
“Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama
istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.
“Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”
“Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan
punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan.
Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat.
Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.
“Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan
nggak jadi main nih”, kataku menggoda.
“Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.
“Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap
doong!” katanya manja.
Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja.
Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Rudi nurut saja. Pasrah saja mau diapain.
Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per
satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas
kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana
dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan.
Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk
melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah.
Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu,buah dada yang putih menggunung, perut yang
langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona.
Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Rudi. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Rudi megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.
“Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Rudi.
Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke
vaginanya. Terampil tangan Bu Rudi memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah.
Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina
Bu Rudi dengan penisku. Bu Rudi semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih.
Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.
“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Rudi
“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”
“Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”,
jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat.
Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crreeet, keluarlah spermaku di dalam rahim
istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu
Erkam menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia
merangkul kuat-kuat.
Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan,
aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku.
Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Rudi. Bu Rudi miring menghadapku dan tangannya
diletakkan di atas perutku.
Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya
paa.
Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa Rudi mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah
berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau
aku hamil lagi berarti Papa masih joosss.
Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia
tersenyum manis.
Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.
Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan
dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua
di rahim istri gelapku ini?
Cerita Sex, Cerita Sex Dewasa, Cerita Bokep, Cerita Seks, Cerita Panas Indonesia, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita Porno, Kisah Seks, Kisah Sex.
Subscribe to:
Posts (Atom)